Senin, 11 Januari 2016


Sering kita temukan artikel atau ucapan secara pasti akan menyimpangnya etika seseorang yang mengaku dirinya sebagai muslim,, dengan tidak tahu malu menuduh dan mencela keluarga Nabi, lebih-lebih yang di cela adalah ibunda nabi yakni Aminah,, mereka yang mengkalaim dirinya sebgai muslim tidak segan silu dan dengan berbekal tidak tahu malu mengatakan: “ibu nabi adalah kafir, mati dalam keadaan tidak islam” sungguh sangat si sayangkan ungkapan-ungkapan cela dan amoral seperti ini,, tak usah jauh-jauh kita jika ingin tahu rasa sakit hati,, saya ingin mengatakan kepada kalian bahwa ibu kalian mati dalam ke adaan kafir dan tempatnya di neraka, sementara saya tak tahu, apa ibu kandung kalian bersyahadat atau tidak,, lalu apa yang akan kalian lukan atas saya? pasti kalian sakit hati, dan jika kalian mau, pasti kalian akan menyakiti saya,, lalu bagaimana dengan perasaaan Nabi kita yang mulia?

beliau tidak akan pernah memaafkan orang yang dengan burtalnya menjelek-jelekkan keluarga nabi, jika pada putrinya saja beliau mengatakan: “murkanya Fatimah adalah murkaku” lalu bagaiaman sikap nabi pada ibundanya? Sekalipun bundanya tidak menyaksikan ke rasulan beliau? Pasti beliau sangat mencintai bundanya, beliau sangat mengasihi bundanya, beliau tidak rela jika ada orang menyakiti bundanya dengan menjelek-jelekkan ibu kandung beliau..aminah adalah wanita yang shalihah yang beriman pada ajaran Ibrahim,, aminah adalah wanita pilihan, yang tak ada wanita lain selain aminah yang sanggup memberika generasi terbaik yakni Muhammad saw. Aminah adalah segalnya bagi sayyidil wujdu al musthafa saw. Aminah adalah tempat tatapan nabi,, aminah adalah seruan nabi,,

kita mengaku muslim, dengan bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah, tapi kita mencela orang yang melahirkan nabi kita, maka apa gelar yang pastas untuk kita selain munafik? (na’udzubillah), Kita mengaku cinta kepada nabi sementara orang yang melahirkan nabi kita cela dengan mengatakan wafat dalam keadaan kafir.. apakah kita tidak malu? Setiap hari meminta syafaat,, sementara di setiap haripula kita mencela ibu kandung nabi, kita mengaku cinta pada nabi sementara kita tidak mencintai ibunda nabi, maka bagaimana mungkin kita akan di sebut sebgai pecinta nabi? Cinta model ini adalah cinta konyol yang bertolak belakang dengan ajaran Muhammad,, tak usah jauh-jauh untuk mencontohkan, kalian adalah seorang santri misalkan, di pesantren kalian sangat menghormati guru kalian, kalian sangat mencintai guru kalian, tapi jika ibu kandung guru kalian datang, kalian cela, dan kalian cerca, maka sekalipun saya tak membuka sifat guru kalian, pastinya guru kalian akan menghukum kalian, setidak-tidaknya kalian di gantung karena mencela orang yang paling di sayangi oleh guru kalian.

Dimana etika kita jika kita mengaku sebagai muslim? Lebih-lebih atas nabi, orang yang harus di ikuti dan di cintai.. beliau selalu menegaskan akan silsilah beliau yang terjaga dari sifat cela, dan hanya kebiasaan manusia penghias neraka yang suka mencela keluarga nabi,, ungkapan-ungkapan celaan atas ibunda nabi tak lain adalah ungkapan abu jahal yang tak suka pada Nabi, dan wahabi selaku orang yang paling jettol mencela ibunda nabi tak lain adalah mereka kekasihnya abu jahal,,, apapun itu bentuknya alangkah baiknya jika etika kita harus dahulukan,, karena nabi di utus untuk menyempurnakan akhlak,, satu contoh “tuhan yang membuat perempuan itu hamil” ungkapan seperti ini adalah ungkap kurang ajar yang tidak ada akhalk sedikitpun pada tuhan, al- ghazali dalam ihaya’nya melarang orang berkata seperti itu,, memang betul dan jelas, bahwa tuhan yang membuat perempuan itu hamil, tapi dimana ektika kita? Atau kita katakan sebagaimana wahabi mengatakan yakni ibunda nabi wafat dalam ke adaan kafir, walau tak terbukti. lalu mana etika kita kepada nabi?

Dan berikut bukti bahawa aminah adalah wanita penghuni syurga:

Nabi saw bersabda kepada Sa’ad bin Abi Waqqash ra di peperangan Uhud ketika Nabi saw melihat seorang kafir membakar seorang Muslim, maka Rasul saw berkata pada Sa’ad :
“Panah dia, jaminan keselamatanmu adalah ayah dan ibuku!” Maka Sa’ad bin Abi Waqqash ra berkata dengan gembira : “Rasul saw mengumpulkan aku dengan nama ayah ibunya!”

(Shahih Bukhari hadits no.3442 Bab Manaqib Zubair bin Awam. Riwayat yang sama pada Shahih Bukhari hadits no. 3446 Bab Manaqib Sa’ad bin Abi Waqqash. Riwayat yang sama pada Shahih Bukhari hadits no. 3750 Bab Maghaziy. Riwayat yang sama pada Shahih Bukhari hadits no. 3751 Bab Maghaziy)

Lalu bagaimana mungkin jika sekiranya ibu kandung nabi adalah musrik sebagaimana yang sering kita dengar dari mulut para nasibi wahabi.. menjadi jaminan atas seorang muslim yakni sahabat tersebut?

Dan jika seandainya ibu nabi adalah musyrik sebagaimana yang sering di tuduhkan oleh nashibi wahabi (si ketimung bungkuk) maka Nabi selaku penerima wahyu dari Allah akan di larang dari membaca ayat al- quran رَبَّنَا اغْفِرْ لِي وَلِوَالِدَيَّ وَلِلْمُؤْمِنِينَ يَوْمَ يَقُومُ الْحِسَابُ
Ya Tuhan kami, beri ampunlah aku dan kedua ibu bapaku dan sekalian orang-orang mu’min pada hari terjadinya hisab (hari kiamat)”.

Terakhir saya katakan, dalam keyakinan kita, mendoakan orang kafir adalah haram, lebih-lebih mendoakan keselamatan bagi mereka, maka apakah nabi meninggalkan ayat ini dalam doa beliau? Mungkin begini gaya firman tuhan tersebut “wahai Muhammad ajarkan doa ini kepada ummatmu yang telah engkau ajarkan kepada mereka agamaku,, agar mereka selalu berbakti kepada orang tua mereka, dengan cara mendoakan orang tua mereka, sekalipun orang tua mereka telah tiada, wahai Muhammad ini doa hanya untuk ummatmu, dan tidak untuk engkau selaku utusanku, karena kedua orang tuamu tidak beriman padaku”--- apakabar demikian? Wahai tuhanku kami berlindung dari sikap tercela, dan kata-kata yang tak pantas untuk nabi..

sumber: https://www.facebook.com/hasan.f.haidar
wassalam... 

0 komentar :

Posting Komentar