Untuk menjawab fitnah lama ini, kiranya kita harus
menjadikan tuduhan murahan ini dalam beberapa point.
1- Syiah memiliki ka’bah yang
ada di iran.
2- Syiah menambahkan lafal
ASYHADUANNA ALIYAN WALI YULLAH DALAM ADZAN.
3- Syiah melakukan hal baru
dalam syariat, (sujud dalam shalat di atas tanah karbala)
4- Al- quran syiah dan sunni
berbeda.
Pertama saya mengajak kepada para
pembaca untuk bersikap objektif dalam memahami sesuatu, lebih-lebih memahami
syari’at agama, dimana Allah akan menghukum hambanya yang mempermainkan
syariatnya. Dalam kasus di atas tak lain adalah fitnah lama yang murahan di
angkat demi menutupi kebodohannya dalam beragama, sebab dengan cara apa ia
berkata selain nafsu sebagai juru bicara? Di bawah ini akan saya jelaskan, toh
sekalipun saya berulang kali menjelaskan dan menjawab fitnah tersebut, tapi
namanya juga orang yang ingin di benarkan. Atau orang yang ego dalam memahami
syariat, maka anggapan dirinya adalah benar dan orang lain adalah salah. Saya
tak melihat pada fitnah ini selain kedustaan dan kekejian. Dan berikut
tanggapan saya atas fitnah yang di sebarkan bapak Raden cakra ningrat.
Pertama: Sebagaimana ummat islam
pada umumnya, ka’bah kaum syiah adalah apa yang ada di mekah, mereka melakukan
shalat dengan menghadap pada ka’bah di mekah, ka’bah hanyalah satu. Tak mungkin
hanya karena ada orang syiah lantas ka’bah menjadi dua, sebab bagaimana kita
akan menjawab fakta akan menghadapnya Ammar bin yasir ketika shalat pada ka’bah
yang di mekah? Bagaimana kita akan menjawab fakta akan menghadapnya salman,
miqdad, abu dzar, dan seluruh sahabat yang cinta pada Ali ketika shalat pada
ka’bah? Sementara sejarah dan hadis nabi membuktikan bahwa syiah di bentuk di
masa nabi, syiah generasi pertama adalah shabat itu sendiri. Ayat khairal
bariyah sebaik-baik bukti atas ucapan saya ini. Begitu juga dengan hadis yang
ada dalam ahlu sunnah sendiri, YA ALI ANTA WA SYI’ATUKA FIL JANNAH hadis ini
dapat kita temukan dalam NURUL abshar karya as-sablanji (ulama sunni) lalu dari
mana datangnya tuduhan murahan atas syiah yang di katakana ka’bah syiah ada di
iran? Bukankah dengan islamnya salman seluruh penduduk farsri belum
mengenalnya? Lalu sejak kapan penduduk iran membuat ka’bah baru sementara
salman adalah syiah Ali dan beliau juga orang farsi (iran). Bahkan jika memang
di iran ada ka’bah lalu kenapa salman selaku syiah Ali mencari Muhammad saw
yang rukuk dan sujud pada ka’bah yang di bangun Ibrahim dan islama’il? Apa
tujuannya Allah menurunkan ayat sebaik-baik makhluk untuk syiah Ali jika pada
akhirnya syiah Ali membut ka’bah baru tanpa izin-Nya? Bisa anda jawab?
Kedua: masalah lafal ASYHADUANNA
ALIYAN WALIYULLAH dalam adzan syiah, ini adalah furu’iyah dan bukan ushuluddin. Dan
para fukohah syiah sendiri menghukumi hal tersebut sebagai sunnah dan bukan
wajib, bahkan jika ada oknom syiah melafalkan asyhaduanna aliyan waliyullah
dalam adzan dengan niat hal itu adalah wajib, maka adzannya adalah batal.
Adapun ulama syiah menambahkan kalimat tersebut pada adzan karena pada masa
kepemimpinan bani ummayyah, imam Ali selaku kekasih nabi, Ali selaku wali ALLAH
hanya di jadikan bahan kutukan dan laknatan dalam setiap mimbar masjid selama60
tahun lamanya, waktu 60 tahun itu tidaklah singkat, 60 tahun adalah kesempatan
besar bagi bani ummayyah untuk mencuci otak manusia agar anti Ali dan mencaci
Ali, maka dengan adanya Syiah Ali di tempatkan nama Ali pada lafal adzan
sebagai bukti bahwa Ali adalah wali Allah yang harus di cintai dan bukan di
kutuk dan di caci, ini sebetulnya yang terjadi pada syiah, syiah bukan tidak
punya Alasan untuk menharumkan nama Ali bin abi thalib as. Tapi apa alasan ahlu
sunnah yang menghapus lafal HAYYA ALA KHOIRIL AMAL dari adzan? Kenapa pula
harus adalah lafal ASH SHALATU KHAIRUMMINANNAUM pada adzan subuh? Jika saya di
perbolehkan bertanya sebagaimana lidah fasik RADEN CAKRA NINGRAT bertanya, maka
apakah hal itu adalah ajaran rasul? Yakni menghapus Hayya ‘ala khairil amal,
dan menambahkan Ash shalatu khoirum minanannum pada adzan subuh. Bisakah anda
menjawabnya?
Ketiga: dalam syiah sama sebagaimana ahlu sunnah,
sama-sama ada aturan fikih, dalam ahlu sunah tidak dikenal istilah karbalak,
bahkan sujud pada tanah karbalakpun sangatlah jarang atau mungkin pelakunya
akan di fonis sesat oleh orang yang dangkal pengetahuannya. Tapi dalam syiah
sujud pada tanah karbal adalah tanda bukti kecintaan pada imam mereka. Dan
melalui jalur periwayatan yang sampai pada imam jakfar tanah karbala memiliki
kelebihan di bandingkan tanah yang lain. Dan bukankah sujud di atas tanah adalah
perintah Allah dan nabinya? Berikut riwayat dari fikih imam ja’far bahwa
seseorang bertanya kepada Imam Ja’far tentang tempat yang boleh dijadikan
tempat sujud. Lalu dijawab, “Tidak boleh sujud kecuali di atas ardh (tanah,
bumi) atau yang tumbuh di bumi, kecuali yang dimakan atau dipakai.”
Orang itu bertanya apa sebabnya, kemudian Imam
menjawab, “Sujud merupakan ketundukan kepada Allah, maka tidaklah layak
dilakukan di atas apa yang boleh dimakan dan dipakai, karena anak-anak dunia
adalah hamba dari apa yang mereka makan dan mereka pakai, sedangkan sujud
adalah dalam rangka beribadah kepada Allah…” Hal ini sesuai dengan perintah
Nabi Muhammad sebagaimana yang juga dikabarkan oleh Jabir bin Abdillah
dalam Bukhâri: Dijadikannya
tanah (bumi) bagiku sebagai tempat untuk bersujud dan suci.” Dari hadis ini
dapat kita katakana, bersujud di atas tanah bukanlah ke hinaan dan kesalahan,
sebab Allah sudah mensucinkannya dan Allah memerintahkan kita untuk bersujud di
atasnya. Adapun pada setiap tanah, sejauh itu memilki kaitan dengan Allah maka
tanah tersebut akan memiliki ke utamaan.
Ke empat: masalah al- quran sebetulnya tiada perbedaan antara
ahlu sunnah dan syiah, toh jikapun berbeda mungkin di bagian percetakan dan
ketebalan kertas yang di pakai. Masalah isi adalah sama. Atau mungkin juga si
RADEN CAKRA NINGRAT ini ingin mengatakan bahwa memang al- quran sunni dan syiah
jelas berbeda, tapi sejauh saya lihat perbedaan ini hanya di sebabkan riwayat
tahrif pada kedua madzhab. Dan perlu kita ketahui tidak semua kitab kuning
syiah adalah shahih.. syiah tidak sebagaimana ahlu sunnah yang mengunci mati ke
shahihan suatu kitab hanya pada shahih bukhari dan muslim, tapi syiah adalah
kaum yang terbuka, membolahkan siapa saja untuk mengkeritik kitab mereka. Dalam
syiah tak ada pernyataan bahwa kitab tershahih setelah al- quran adalah al-
kafi, tidak demikian. Sebab jika suatu madzhab sudah memutuskan hal tersebut,
tentunya ia hanya melarang pengikut madzhab tersebut untuk berfikir. Masalah
perbedaan al- quran karena adanya riwayat tahrif, maka dalam ahlu sunnah
sendiri banyak riwayat tahrif. Berikut saya sertakan beberapa di
antaranya.
1- Umar : jumlah huruf Al Qur’an
1.027.000 !
Umar
bin al Khaththab, ia berkata, “Nabi Muhammad saw. bersabda:
القرْآنُ أَلْفُ أَلْفِ حَرْفٍ وَ سَبْعَةٌ و عِشْرُونَ ألفِ حَرْفٍ، فَمَنْ قَرَأَهُ مُحْتَسِبًا فَلَهُ بِكُلِّ حرفٍ زَوْجَةٌ مِنَ الْحُوْرِ العِينِْ.
“Al Qur’an itu adalah terdiri dari sejuta dua puluh tujuh ribu huruf, barang siapa membacanya dengan niat mengharap pahala maka baginya untuk setiap hurufnya seorang istri dari bidadari.”
( Ad Durrul Mantsur,6/422 )
القرْآنُ أَلْفُ أَلْفِ حَرْفٍ وَ سَبْعَةٌ و عِشْرُونَ ألفِ حَرْفٍ، فَمَنْ قَرَأَهُ مُحْتَسِبًا فَلَهُ بِكُلِّ حرفٍ زَوْجَةٌ مِنَ الْحُوْرِ العِينِْ.
“Al Qur’an itu adalah terdiri dari sejuta dua puluh tujuh ribu huruf, barang siapa membacanya dengan niat mengharap pahala maka baginya untuk setiap hurufnya seorang istri dari bidadari.”
( Ad Durrul Mantsur,6/422 )
Para ulama Ahlusunnah menyebutkan bahwa bilangan huruf Al Qur’an yang sekarang tersisa di kalangan umat Muslim-pengikut Muhammad- berkisar antara: 323015 huruf, atau 321000 huruf, atau 340740 huruf ( Al Burhân Fî ‘Ulûmil Qur’ân,1/314-315. cet. Dâr al Kotob al Ilmiah. Lebanon. Thn.1988 )
Itu artinya jumlah ayat Al Qur’an yang hilang sebanyak lebih dari 686260 huruf. Pertanyaannya adalah kemana hilangnya ribuan ayat – ayat tersebut?
Istri Rasulullah Muhammad SAW, Aisyah RA, telah ‘menuduh’ Utsman menghilangkan ayat – ayat suci Al Qur’an ketika beliau menuliskan mushaf – mushaf Al Qur’an.
Urwah-keponakan Aisyah, istri Muhammad- meriwayatkan dari Aisyah, ia berkata:
كانَتْ سورَةُ الأحزابِ تُقْرَاُ في زمَنِ النبيِّ (ص) مِئَتَيْ آيَة، فَلَمَّا كتَبَ عثْمانُ المصاحِفَ لَمْ نَقْدِرْ مِنْها إلاَّ ما هُوَ الآنَ.
“Dahulu surah Al Ahzâb itu dibaca di sama hidup Nabi sebanyak dua ratus ayat. Lalu setelah Utsman menulis mush-haf mush-haf kita tidak bisa membacanya kecuali yang sekarang ada ini.” ( Al Itqân,2/25 )
Jumlah ayat surah Al ahzâb (surah dengan urutan 33 dalam Al Qur’an) yang ada dalam mushaf umat Muslim sekarang hanya 73 ayat. Itu artinya ada 127 ayat hilang !. pertanyaannya adalah, kemana hilangnya ayat tersebut?
Saya
rasa bukti adanya tahrif ini sudah mencukupi, toh sekalipun juga ada riwayat
yang mengatakan bahwa umar bin khattab kehilangan ayat RAJAM, dan jika RADEN
CAKRA NINGRAT berpendapat bahwa al- quran syiah berbeda dengan ahlu sunnah
hanya karena ia merujuk pada riwayat tahrif di sisi syiah misalkan, maka
sungguh ia sudah buta dengan kitabnya sendiri. Disini tak perlu saya berkata
ANDA ADALAH ORANG BODOH, cukuplah kita renungkan sabda dari lisan suci imam
jakfar as, ORANG BODOH ADALAH ORANG YANG BERDEBAT SEBELUM MEMAHAMI PERMASALAHA,
dan orang yang berakal akan tahu kemana pernyataan ini mengena.!
wassalam..........
0 komentar :
Posting Komentar